CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA, Hasrat-Bispak05 Seluruh orang didalamnya perlu berusaha serta berkorban agar tidak tergusur, serta tidak semuanya jalan yang dapat dilintasi itu terang-benderang…Izinkan saya ceritakan cerita hidup saya. Nama saya Darmini, namun orang tidak banyak yang kenal nama asli saya. Bapak serta Simbok panggil saya Denok, itu panggilan biasa untuk anak wanita di daerah saya, tetapi berarti tidak sekedar itu. Denok pun mempunyai arti montok alias sintal, serta ternyata makna itu yang lebih dikenang banyak orang-orang di kehidupan saya di Ibu-kota. Periode kecil saya dihabiskan di daerah, jauh dari Ibu-kota. Saya anak hanya satu Bapak serta Simbok, satu keluarga petani penggarap yang tidak berpunya. Semenjak kecil saya diajari menari oleh Simbok, karena beliau sendiri waktu muda merupakan orang penari, serta sering ditanggap kalaupun ada acara di daerah. Sayang, kehidupan kami yang damai di daerah berhenti sewaktu satu hari saya dan Simbok temui Bapak menggantung diri. Rupanya Bapak punyai banyak hutang karena edan judi, serta beliau tak bisa membayar hutangnya itu. Kami terang bersusah-hati sebab Bapak telah tidak ada, tetapi juga kebingungan sebab sekian hari selesai Bapak disemayamkan, kami ditendang dari rumah lantaran rumah kami diambil alih agen judi yang memberikan hutang ke Bapak. Kami gak mempunyai lokasi tujuan, dan uang simpanan kami tidak berapa. Simbok selanjutnya ngotot ajak saya berpindah ke Ibu-kota cari penghidupan.

"Denok, kita nggak dapat apapun kembali di sini, di kota kita dapat coba mencari uang, semoga di situ mendingan ketimbang di sini," kata Simbok.

Saya sekedar alumnus SMP, Simbok alumnus SD. Kami sama gak sadar hidup di Ibu-kota demikian beratnya. Melamar pekerjaan ke sana-kemari, gak diterima sebab dikira pengajaran kurang tinggi. Mencari kerja yang tidak butuh ijazah, tandingan begitu banyak. Selanjutnya sehabis lumayan lama melihat bermacam peluang yang ada, Simbok menentukan untuk menggunakan keterampilan kami.

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

Hanya modal busana dan peralatan yang kami membawa dari daerah, dan radio tape sisa dan kaset-kaset musik tradisionil yang kami membeli dari pasar loak dengan tersisa uang, awalilah kami berdua jadi penari jalanan.

Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota tengah persiapan ujian akhir SMA atau jalani tahun awal kuliah, dan yang di dusun tunggu dijodohkan oleh orangtuanya, saya memulai jalani kehidupan anyar, menawarkan keterampilan seni tari bersama Simbok. Sebelumnya kami berkeliling-keliling Ibu-kota, sekedar cari keramaian di mana kami dapat mendapat sekian lembar rupiah untuk melanjutkan hidup. Kami biasa mulai pagi-pagi, mengkaji jalanan Ibu-kota buat cari beberapa orang yang pengen kami hibur dengan tarian kami. Rupanya gak enteng pun cari uang melalui cara sebagai berikut, paling-paling yang kami peroleh cukup hanya buat makan kami berdua, satu atau kedua kalinya di hari itu. Serta gak di seluruh tempat kami dapat memperoleh pemirsa yang mau bayar, kadang kami malahan ditendang atau dihardik. Seusai lumayan lama, kami bertemu tempat di mana kami dapat terus bisa pirsawan dan uang: satu pasar induk yang lumayan besar, dan lingkungan disekitarnya. Kami lantas sewa satu kamar sewaan murah di dekat Pasar. Beberapa orang di Pasar, dari golongan menengah ke bawah, haus selingan murah yang dapat membuat mereka ingat daerah semasing. Kedatangan kami dari sana selalu disongsong senyuman, tawa, serta helai-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Meskipun seringkali helai-lembar itu diserahkan kepada kami kurang santun misalkan dengan disembunyikan ke kemeja kami. Apa saya serta Simbok betul-betul menarik? Entahlah ya. Saya sendiri tak berasa elok. Sebagai anak petani yang kerap main di luar sejak mulai kecil, kulit saya jadi cukup gelap terbakar matahari. Namun Simbok pula sejak dulu selalu mengajarkan dan mengingati saya buat menjaga badan meskipun dengan langkah simpel, jadi meski sawo masak, kulit saya masih mulus dan tidak jerawatan ditambah lagi bopeng-bopeng lho. 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Oh iya, barusan kan saya telah narasi makna nama panggilan saya, Denok. Dipertimbangkan betul pun sich bila di katakan saya montok. Gak tahu mengapa, biarpun rasanya dari kecil makanan saya bergizi ngepres, kok tetap tubuh saya jadi bisa ya. Sebelumnya remaja saja tetek saya telah tumbuh, serta saat ini jadi subur gumebyur sampai saya terus khawatir dengan kemben saya tiap-tiap kali menari. Pantat saya  cepat karena sebab dibikin latihan olah badan dalam tarian. Ada yang katakan bahenol, saya sich matur nuwun saja kalaupun ada yang menganggapnya demikian. Terherannya, kendati atas bawah besar, tengahnya tak turut besar, perut dan pinggang saya masih singset. Saya kira masih singset masalahnya sepertinya kelak tubuh saya akan menjadi seperti tubuh Simbok, tengahnya mulai ikut-ikutan lebar. Nach, bila Simbok itu elok. Hingga usia begitu juga beliau terus elok. cerpensex.com Ditambah lagi bila sudah gunakan sanggul serta dandan, wuihh. Seluruh orang nengok serta tidak tonton apapun kembali. Saya sendiri selalu berasa buruk lho jika tampil bersama Simbok. Ah, namun sedunia sekedar saya sendiri yang nganggap muka saya tidak baik. Disamping Simbok, beberapa orang yang umum lihat kami menari kok semua ngomong saya elok. Saya berpikir, ini sih pinter-pinternya Simbok merias saya saja. Waktu pertama kalinya didandani buat ngamen, saya protes, kok ribet sangat. Rambut harus disasak, disanggul, disunggar, gunakan tusuk dan kembang. Muka perlu dibedaki tebal-tebal, sampai berbeda warna dengan tubuh. Barangkali tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang gak ketutupan. Alis saya yang udah tebal dibuat makin tebal. Bibir pula diberi gincu warna merah keren. Saya masa itu ngeluh,

"Kok telah seperti penganten saja, Mbok."

Simbok menjawab, "Yang bernama penari itu gak bisa biasa saja, nduk. Perlu kinclong, manglingi. Kita perlu membuat suka yang tonton."

Semakin lama saya biasa pula memanfaatkan dandanan semacam itu, justru saya bikin guyonan sama Simbok.

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Mbok, saya wis tiap hari terbentuk penganten, nanti kalaupun nikah betulan harus seperti apakah diriasnya?" Dandan muka yang tebal jadi sisi seragam kerja saya, persis seperti kemben, kain batik, serta selendang. 

Tetapi memang yang bernama nasib itu jalannya tidak ada yang mengetahui. 2 bulan kami bertempat di dekat Pasar, malapetaka ada kembali. Waktu sedang nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Cedera kronis. Saya kuatir, beberapa orang di seputar beramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Namun Simbok tidak terbantu. Simbok mati di rumah sakit sesudah 2 hari dua malam usaha ditolong dokter dari sana. Sebetulnya sejak mulai ketabrak pula Simbok sudah tak ada asa, namun entahlah mengapa beliau lama sekali kematiannya. Sekaratnya hingga sampai sepanjang hari. Sampai gak sampai hati saya memandangnya. Kala itu ada yang bisik-bisik, kemungkinan Simbok pasang susuk, maka itu kematiannya sulit. Orang kok sampai hati ya bicara begitu. Namun apa itu betul atau tidak, saya tak ingin tahu, biarkan itu dapat menjadi rahasia Simbok. Saya pada akhirnya sendirian di Ibu-kota, seperginya Simbok. Ditambahkan lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan penyemayaman, jadi harus berutang kemanapun. Saya tidak dapat menyelenggarakan acara beberapa macam buat Simbok, cuman dapat doakan sendiri mudah-mudahan sukma Simbok dapat tenang di alam sana dan bertemu kembali dengan Bapak. Satu minggu lebih saya di sewaan saja karena begitu bersusah-hati. Barangkali setiap hari saya menangis, bersusah-hati ingat Simbok,  kesepian. Pada akhirnya saya memaksakan diri buat keluar kembali, ngamen kembali, karena uang telah habis serta saya  perlu menghadapi banyak tukang tagih hutang yang tidak ingin tahu kepelikan saya . Maka, satu minggu selepas Simbok disemayamkan, saya kembali persiapan buat keluar, menari. Didepan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul dan kembang, saya bedaki muka saya supaya gak terlihat beberapa bekas menangis, saya gunakan kembali kemben serta kain, saya sampirkan selendang di leher. 

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

Ealah, sesuai keluar kamar saya jadi berjumpa dengan ibu yang punyai sewaan. Sang ibu gak gunakan basa-basi langsung tagih tunggakan dua bulan. Saya tidak mempunyai uang, jadi saya hanya dapat omong maaf, serta sang ibu jadi ngancam secara lembut. Tidak apapun tidak bayar, ucapnya, namun esok kamu keluar tempat saya. Haduh biyung, kok gak habis-habis ya kendala untuk saya. Saya pengen upaya dahulu, kata saya, kelak bakal saya bayar. Hari itu saya pergi ngamen, usaha mencari uang buat hidup.

Naasnya, hari itu pasar cukup sepi, serta selepas dua jam saya baru bisa Rp5000 sehabis menari di pangkalan ojek. Saya tidak dapat fokus, kepala dipenuhi dengan pemikiran, bagaimana triknya biar kelak kalaupun pulang sudah punyai cukup uang untuk bayar kontrak. Belum beberapa utang yang lain. Mendekati siang, saya tengah jalan di barisan toko toko besar dari sisi Pasar. Serta di muka toko beras terbesar di Pasar, saya lihat Juragan tengah mengalkulasi segepok uang. Beliau barusan terima banyak uang, ternyata ada orang yang habis mborong. Saya saat itu sekedar mengenal beliau selaku ‘Juragan'. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau telah tua, lebih tua ketimbang Simbok, kemungkinan umurnya telah 50 atau 60 tahun. Kepalanya nyaris botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarang. Tubuhnya besar dan perutnya gemuk. Sekali 2x saya dan Simbok pernah menari di muka tokonya, serta pegawai-pegawainya memberinya kami uang tetapi beliau tidak. Namun beliau pernah pinjamkan uang pada Simbok, dan Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri mendekati Juragan. Ia sendirian di muka toko, sementara anak buahnya repot di serta berada di belakang. Tokonya sedang sepi, tak ada konsumen.

"Juragan," pinta saya. "Anu… saya…"

Juragan menyaksikan saya dengan acuh. "Ada apakah, Denok?"

"…saya… saya…" Duh, saya gak kuat bilangnya. Tetapi saya harus katakan. "…saya bisa pinjam uang, Juragan? Uang saya udah habis buat ongkos penguburan Simbok… 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Saat ini saya harus bayar sewaan dua bulan…"

"Hah?" Juragan lihat saya dengan aneh, "Kamu perlu uang?"

"Tolong, Juragan," saya mengharap kembali, "Saya telah ditagih, ini hari harus ada, atau saya ditendang. Saya janji bakal balikkan secepat-cepatnya."

Eh, kok Juragan langsung kantongi segepok uang tadi ia hitung-hitung.

"Denok," kata beliau dengan dingin, "Saya ini pedagang, bukan tukang memberi hutang. Kamu butuh uang? Kerja sana. Atau kamu berjualan saja." 

"Saya saat ini pula kembali kerja, Juragan," saya geram tetapi tidak berani menunjukkan; kelihatannya Juragan tak ingin pinjamkan uang. "Hanya ngerinya saya tidak dapat dapat uang ini hari untuk membayar sewaan. Kalaupun berjualan, saya tidak miliki apapun, harus jual apa?"

Tetapi lalu tatapan Juragan kok berganti jadi aneh… Beliau dekati saya dan memeluk saya. Tangannya yang besar itu menggenggam pundak saya.

"Siapa yang omong kamu gak miliki apapun?" bisiknya. "Tubuh kamu bagus, Denok. Saya ingin kok mbayar buat itu." Beliau tarik badan saya merapat ke tubuhnya, sampai pipi saya melekat dari sisi dadanya yang gendut.

"Ihh?!" saya terkejut dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang bernama bisikan iblis? "Tubuh… saya?" Bisikan Juragan terus terngiang di kepala saya. Bergidik bulu-bulu kuduk saya memikirkan apa tujuannya itu.

"Kalaupun kamu pengin, Denok, saya lunasi bill kontrakanmu yang 2 bulan itu sekaligus mbayar buat bulan kedepan," bisik Juragan kembali.

Duh, biyung, saya perlu bagaimana? Saya butuh uang, namun apa harus lewat langkah sebagai berikut? Namun kalaupun tidak, bagaimana kembali? Yang ada saya bakalan ditendang, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama dengan. Saya gak mempunyai alternatif lain…

"…mau, Juragan…" saya berbisik, lirih sekali hingga tidak terdengaran. Bila saja gak ketutupan bedak, kemungkinan udah terlihat muka saya berganti merah seperti cabai.

Juragan tertawa, tubuhnya yang gemuk itu hingga terbuncang-guncang. "Bagus, Denok. Mari turut saya. Kamu ikutin saja kataku, kelak kubayar kamu, ya?"

Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. 

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

Juragan bawa saya naik tangga dari sisi toko, masuk ke tempat tinggalnya. Juragan rupanya tinggal sendirian. Saya ingin tahu, apa Juragan gak punyai istri? Kami masuk rumah Juragan. Saya terus menyaksikani lantai, tak berani mengusung kepala, namun kadang-kadang saya ngintip ke sana-kemari memandang kondisi.

Juragan ternyata tinggal sendirian di atas tokonya. Ada photo tua yang memperlihatkan Juragan dengan orang wanita—istrinya kah? Juragan menggamit tangan saya masuk ke satu kamar. Ruangan tidurnya. Ia suruh saya duduk di dipan. Saya duduk, sembari tundukkan kepala. Juragan berdiri di muka saya, mencermati sekujur badan saya. Ia sentuh dagu saya, sekalian ngomong,

"Denok, angkat kepalamu, saksikan saya." Saya nurut. Kemungkinan ia saksikan mata saya ketakutan 1/2 mati.

"Membuka kembenmu," tukasnya.

Ia letakkan selembar uang Rp50.000 dari sisi saya. Saya melihat, memandang uang itu. Besar sekali untuk saya. Kebanyakan sepanjang hari menari saya tidak sempat mendapat uang sejumlah itu. Namun saya masih sangsi. Juragan mendadak pengin ambil kembali uang itu.

"Kalaupun tak mau ya udah," tukasnya dengan suara kurang suka.

Tetapi saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya terlepas ikatan kemben di punggung saya, lalu perlahan-lahan saya urai belitan kain kemben merah yang membebat tubuh saya. Sesuai tinggal selembar belitan yang tutup tetek saya, saya jadi malu, serta saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum menyaksikan saya.

"Wahh…susu kamu besar, ya? Membikin orang hasrat ajah…" saya tonton Juragan nyengir lebar sesudah bicara itu. sumpah, anyar kesempatan ini ada laki laki berterus-terang ngaku begitu.

Helai uang lima puluh ribu tadi diletakkan Juragan di sisi saya ia mengambil, lipat, lalu ia berikan ke… aduh! Ia berikan ke belahan dada saya!

"Itu untuk kamu, Denok," ujarnya. Duh, gak yakin rasanya. 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Awal mulanya saya dan Simbok perlu menari sepanjang hari, hingga pegal-pegal, buat dapat duit kurang dari 5 puluh ribu. Tapi… saat ini saya mendapat uang sekitar itu … kok enteng sekali?

"Betulan buat saya…?" Tetap tidak yakin, saya bertanya kembali.

"Iya… asal kamu membuka semua," kata Juragan sekalian menyeringai. "Tubuh kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…"

Duh, apa tujuannya itu? Apa Juragan sukai dengan badan saya? Seumur-umur belum sempat ada orang yang ngomong itu ke saya… Jantung saya deg-degan dengarnya. Juragan menarik kain kemben masih yang ditahan tangan saya, dan kainnya melesat demikian saja tanpa saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan ke-2  tangan. Aduh… malu sekali rasanya, telanjang di muka orang lain…Tapi saya bisa peroleh uang…

"Nach, Denok, saat ini membuka kainnya, ya?" saat ini Juragan memohon saya membuka pun kain batik coklat yang saya gunakan.

Karena mungkin barusan saya malu serta pelan satu waktu membuka kemben, Juragan dekati saya serta mengungkap kain batik saya. Saya tiba-tiba mundur, tetapi tangan Juragan lalu menggenggam bahu saya.

"Gak boleh takut, Denok…" ujarnya.

Juragan pun menggenggam paha saya masih sejumlah tertutup kain batik. Ia remas sedikit paha saya. Nada "Eihh" keluar mulut saya, malu karena sentuhan Juragan. Tangannya selanjutnya nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bergesekan dengan kulit paha saya, serta saya semakin deg-degan. Ia terus remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar nada beberapa macam dari mulut saya. Tangan satunya lagi nyibak kain saya, hingga ke dekat pinggang… Duh, biyung, lagi diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara ke-2  kaki, betis, dengkul, hingga sampai paha saya telah dikeluarkan dari kemasnya, sedikit kembali kancut saya nampak!

"Rebah saja, Denok!" suruh Juragan.

Saya nuruti perintahnya, perlahan-lahan saya rebahkan tubuh atas saya. Ke-2  tangan saya masih tetap nutupi sepasang tetek saya. 

CERITA DEWASA PENARI SEXY JALANAN DIPERKOSA

Sanggul yang belum saya lepas (apa mestinya saya lepas pula?) ngganjal belakang kepala saya. Serta sembari saya tiduran itu, tangan Juragan berlaga sangkutan paling akhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Ke-2  tangan saya untuk pekerjaan: satu membentang di muka dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

Saya sangsi, namun gak tahu mengapa, saya pula kok rasa hasrat saya bangun? Aduh? Kok ini jadi? Juragan tak henti lihat sekujur badan saya, sekalian beri pujian.

"Marilah donk, gak mesti tertutupin," kata Juragan. "Tanganmu disingkirin donk? Denok, bila kamu ingin kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…

Ke-2  tangan saya digenggam Juragan, lalu perlahan-lahan dimasukkan dari sisi tubuh saya. Duh, bubar dech pertahanan saya. Saat ini susu saya gak ada kembali yang tutupi. Saat ini kancut saya tampak.

"Euh… Juragan… ingin pegang?" kata saya kebingungan. "Ja… jadi saat ini tujuh puluh ribu?"

BERSAMBUNG....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama